DISBUDPORAPAR Menggelar Pagelaran Wayang Kulit di RSPD (Radio Siaran Pemerintah Daerah) Klaten Hidupkan Tradisi Setiap Malam Selasa Kliwon
Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Klaten kembali menggelar Paglaran Wayang Kulit secara rutin pada malam Selasa Kliwon, sebuah tradisi budaya yang telah berlangsung bertahun-tahun dan menjadi sarana pelestarian seni di lingkungan RSPD dan masyarakat sekitar.
Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Klaten menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit yang menghadirkan dalang lokal maupun nasional dengan membawakan lakon-lakon bernuansa filosofi Jawa. Acara ini terbuka untuk umum yang ingin menikmati hiburan budaya. Pagelaran ini digelar oleh Dinas Bidang Kebudayaan Klaten bekerja sama dengan Paguyuban Seni Pedalangan setempat. Beberapa dalang terkenal dari wilayaj Solo-Yogyakarta kerap tampil secara bergantian. Acara berlangsung setiap malam Selasa Kliwon, mulai pukul 20.00 WIB hingga selesai, mengikuti tradisi Jawa yang menganggap malam tersebut memiliki nilai spiritual yang kuat.
Pagelaran dilaksanakan di halaman utama RSPD Klaten yang disulap menjadi panggung terbuka lengkap dengan alat musik Kelir, Blencong, serta iringan gamelan tradisional. Pihak Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Klaten mengadakan acara ini sebagai bentuk pelestarian budaya lokal, sekaligus memberikan hiburan edukatif dan bernilai spiritual bagi masyarakat. Kegiatan dimulai dengan doa dan penyampaian sambutan, kemudian dilanjutkan dengan Pertunjukan Wayang Kulit yang diiringi gamelan. Penonton dapar duduk di area terbuka yang telah disediakan, sementara pihak DISBUDPORAPAR memastikan kenyamanan dan keamanan acara dengan pengaturan tempat, penerangan, serta fasilitas pendukung.
Warga Klaten tampak antusias menghadiri pagelaran tersebut. Banyak di antara mereka berharap tradisi ini terus berlangsung, karena selain menjadi hiburan budaya, juga menjadi ruang berkumpul dan mempererat hubungan sosial. Dengan terselenggaranya pagelaran rutin ini, RSPD Klaten berperan sebagai penjaga kelestarian budaya Jawa di tengah modernitas.
